Makalah Tentang Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah
21/11/15
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
BERBASIS SEKOLAH
Pengelolaan Pendidikan
KELAS
4A
NAMA
ANGGOTA :
·
NELI ISTANTI
·
JIAN NURIAH
·
ASTI TRI ARTANTI
·
FIFI ANGGRAENI
·
MAS ANDAM
SYARIFAH
·
SILVIA DANI
·
NIRTA SUMIATI
PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar belakang lahirnya gerakan mutu
Pengertian
mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang memakainya.
Kata mutu diambil dari bahasa latin “qualis” yang artinya what kind of
(tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Sallis (2003) mengemukakan
bahwa mutu adalah konsep yang absolute dan relative. Mutu yang absolut adalah
mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan
berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang
tinggi. Sedangkan mutu relative adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan dan
harus memenuhi standar yang telah dibuat. Satu hal yang bisa kita yakini adalah
mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya.
Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal
yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas merupakan
masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status
ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.
Definisi
mutu menurut Field (1993) adalah “sebagai ukuran dari produk atau kinerja
pelayanan terhadap satu spesifikasi pada satu titik tertentu.” Sesuai dengan
definisi di atas dapat dikatakan bahwa mutu adalah suatu karakter atau batasan
tertinggi dari suatu produk atau jasa layanan yang dapat memenuhi harapan dan
kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya jasa pelayanan pendidikan
harus dapat menghasilkan mutu yang baik, pendidikan akan mampu merebut pangsa
kerja yang semakin sempit dan menantang untuk selalu direbut sekecil
apapunpeluang tersebut.
Penjaminan
mutu pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menjamin agar proses yang
berjalan dalam organisasi/lembaga pendidikan dapat memenuhi standar atau bahkan
melebihi standar mutu yang telah ditetapkan.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan mutu ?
2.
Apa yang
dimaksud mutu pembelajaran ?
3.
Apa yang
dimaksud dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah ?
4.
Bagaimana cara
nya meningkatkan mutu pendidikan ?
5.
Apa saja yang
ada dalam perencanaan strategis mutu itu ?
PEMBAHASAN
Pengertian MPMBS
(Manajemen Pniningkatan Mutu Berbasis Sekolah)
Manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses
pendidikan. Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen
ini antara lain sebagai berikut: a) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, b)
sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, c) sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat, d) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah
(kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, e)
adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, f)
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik
dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu,
dan g) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat didefinisikan sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam
kerangka pendidikan nasional. Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah
memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga
sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan
program-program yang tentu saja, lebih berdaya dalam mengembangkan dalam
mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan
dan potensi yang dimilikinya. Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibelitas
pengelolaan sumberdaya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaran sekolah tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan
peundang-undangan yang berlaku
Tujuan Dan Manfaat
MPMBS
bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi
warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Lebih
rincinya, MPMBS bertujuan untuk :
-
Meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi,
keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas, dan inisiatif sekolah
dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
-
Meningkatkan kepedulian
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
-
Meningkatkan tanggung
jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya, dan
-
Meningkatkan kompetisi
yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Penerapan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang efektif secara
spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan MPMBS
sebagai berikut :
-
Memungkinkan
orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan
meningkatkan pembelajaran.
-
Memberi peluang bagi
seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
-
Mendorong munculnya
kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
-
Mengarahkan kembali
sumberdaya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap
sekolah.
-
Menghasilkan rencana
anggaran yang lebih realistic ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan
keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah.
-
Meningkatkan motivasi
guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.
Asas-asas /
Prinsip-prinsip MPMBS
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Manajemen peningkatan mutu berbasis
madrasah adalah;
a.
komitmen, kepala
madrasah dan warga-warga madrasah harus mempunyai komitmen yang kuat dalam
upaya menyelenggarakan semua warga madrasah
b. kesiapan,
semua warga madrasah harus siap fisik dan mental
c. keterlibatan,
pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam mendidik anak
d. kelembagaan,
madrasah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif
e. keputusan,
segala keputusan madrasah dibuat oleh pihak yang benar-bena rmengerti tentang
pendidikan
f. kesadaran,
guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam pembuatan keputusan
program pendidikan dan kurikulum
g. kemandirian,
madrasah harus diberi otonom sehingga memiliki kemandirian dalam membuat
keputusan pengalokasian dana
h.
ketahanan, perubahan
akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholders, madrasah
Gerakan mutu dalam
bidang pendidikan
Dalam
kaitannya dengan konsep pendidikan yang bermutu, sallis (1993:280) menganalogikan
bahwa pendidikan adalah jasa yang berupa proses kebudayaan. Pengertian ini
berimplikasi pada adanya masukan (input) dan keluaran (output). Masukan dapat
berupa peserta didik, sarana prasarana serta fasilitas belajar lainnya termasuk
lingkungan, sedangkan keluarnya adalah lulusan, alumni, yang kemudian menjadi
ukuran mutu, mengingat produk pendidikan merupakan jasa pelayanan, maka mutu
jasa pelayanan pendidikan sangat tergantung sikap pemberi layanan di lapangan
serta harapan pemakai jasa pendidikan. Hal ini berarti jasa pelayanan
pendidikan tidak berwujud benda (intangible) secara langsung, namun secara
kualitatif mutu jasa/pelayanan pendidikan dapat dilihat dari soft indicator
seperti kepedulian dan perhatian pada keinginan/harapan dan kepuasan pelanggan
jasa pendidikan.
Hoy
et al, (2000) menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah hasil penilaian terhadap
proses pendidikan dengan harapan yang tinggi untuk dicapai dari upaya
pengembangan bakat-bakat para pelanggan pendidikan melalui proses pendidikan.
Demikian mutu pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam proses
pendidikan. Oleh karena itu perbaikan proses pendidikan merupakan salah satu
upaya untuk mencapai keunggulan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Selain
pengertian mutu pendidikan yang diuraikan di atas, mutu pendidikan dapat juga
di artikan sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kurikulum (objective of
curriculum) yang dirancang untuk pengelolaan pembelajaran siswa (Suryadi,
1993:159). Konsep ini lebih menekankan kepada pengawasan dalam pencapaian
tujuan kurikulum pembelajaran, sehingga indikator umumnya adalah semakin tujuan
kurikulum tercapai, maka dapat dikategorikan suatu pendidikan yang bermutu.
Ditegaskan lebih jauh bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan
dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
belajar seoptimal mungkin. Analisis konsep ini lebih menekankan kepada kinerja
lembaga, yaitu kecenderungan semakin efektif dalam mendayagunakan sumber-sumber
pendidikan dan semakin baik hasil yang dicapai, maka dapat dikatakan pendidikan
tersebut memiliki mutu yang baik.
Agar
mutu pendidikan yang baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus didukung
oleh sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu adalah “sekolah yang secara keseluruhan
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan (masyarakat)” (margono, 2002).
Pendapat ini cukup beralasan, karena terlalu banyak pengelolaan sekolah, yang
mengabaikan kepuasan dan kebutuhan pelanggan sehingga hasilnya pun akhirnya
tidak mampu untuk berkompetisi guna meraih peluang dalam berbagai bidang,
khususnya dalam menghadapi kondisi global dimana sekolah diharapkan dapat
berperan lebih efektif dalam
mengembangkan fungsinya.
Untuk
meningkatkan mutu sekolah diperlukan dukungan kepemimpinan kepala sekolah dan
manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung kegiatan utama sekolah, yaitu
proses belajar mengajar dikelas. Kepala sekolah yang efektif ialah kepala
sekolah yang menjalankan kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu
evektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah mereka yang membuka diri untuk
adanya pengaruh guru dan pegawai terhadap persoalan penting sehingga
produktivitas dan mutu kinerja sekolah akan bertambah baik jika semua unsure
personil bekerja dibawah payung seorang pemimpin yang memenuhi harapan mereka.
Dan guru yang efektif adalah guru yang berkinerja tinggi, terutama kinerja
mengajarnya, yang bisa menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi
peserta didik untuk belajar dengan baik dan hasil, dan terampil dalam mengajar dengan
berbagai metode, tampil dalam memberikan penguatan dan terampil pula dalam
mengakhiri pelajaran, serta guru menjadi teladan atau model dalam pandangan
peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Upaya-upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan
1) Peningkatan
mutu guru
Guru
merupakan ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru atau pendidik
merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakann
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Karena
itu mutu guru harus selalu ditingkatkan melalui :
a) Mengikuti
kursus-kursus guna meningkatkan kemampuan yang bersifat pragmatis, misalnya
kursus computer, bahasa inggris, membuat we/blog dan sebagainya.
b) Mengikuti
berbagai lomba peningkatan kompetensi guru, seperti lomba menulis artikel,
membuaut PTK, lomba kreatifitas membuat media pembelajaran, seleksi guru
berprestasi dan lain-lain.
c) Memperbanyak
membaca buku atau referensi pembelajaran dan bidang lainnya.
d) Mengikuti
kegiatan study banding ke sekolah lain yang lebih bermutu, aktif di MGMP
kabupaten dan lain-lain.
Berbagai
kegiatan tersebut diharapkan guru mampu menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreaftif, dinamis dan dialogis. Guru juga mempunyai
komitmen secara professional untuk meningkatkan mtu pendidikan serta dapat
menjadi teladan bagi peserta didik.
2) Peningkatan
kualitas pembelajaran
Kualitas
pembelajaran guru sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran,
kualitas output dan kualtas guru itu sendiri. Salah satu cara menigkatkan
kualitas pembelajaran antara lain dengan, menerapkan strategi pembelajaran yang
inovatif dan kreatif. Dengan menggunakan media internet misalnya, pembelajaran
akan terasa lebih mudah, cepat dan menyenangkan.
Edward
Salis (2010:30-31) menyatakan: “ ada banyak sumber mutu dalam pendidikan,
misalnya sarana gedung yang yang bangus, guru yang terkemuka, nilai moral yang
tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang
tua, bisnis dan komunikasi lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi
yang mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajaran
anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Mutu
di bidang pendidikan meliputi 4 mutu input, proses, output, dan outcome, yaitu:
1. Input
pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses
pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktif, kreatif dan juga
menyenangkan.
3. Output
dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan nonakademik
siswa tinggi.
4. Outcome
dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji yang
wajar, dan semua pihak mengakui kehebatan lulusannya dan merasa puas.
Mutu
dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan
hanya suatu gagasan, tetapi suatu filosofi dan metedologi untuk membantu
lembaga dalam mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui
suatu perubahan visi, misi, nilai, serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan
untuk menilai mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari kesesuaian dalam
kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah ditetapkan di dalam
kurikulum.
Menurut
Hari Sudrajad (2005:17) pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi akademik maupun
kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta
nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life
skill). Lebih lanjut Sudrajad mengemukakan pendidikan bermutu adalah pendidikan
yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia
dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu
mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.
Penyebab
umum rendahnya pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup
Desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan
kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang
serampangan, sumber daya yang kurang, pengembangan staf yang tidak memadai.
Sedangkan Sebab-sebab khusus kegagalan mutu sering diakibatkan oleh prosedur
dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun itu mungkin juga akibat
kegagalan komunikasi atau kesalahpahaman.
Produk dari
Pendidikan
Ada dua pertanyaan yang perlu diungkapkan ketika kita
berusaha memahami mutu, yaitu apa produknya ? dan siapa pelanggannya ?.
Ada beberapa perbedaan pendapat tentang pelajar
merupakan produk dari pendidikan karena sulitnya menerapkan definisi tersebut
dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis.
Produk adalah subyek dari proses jaminan mutu, hal-hal
yang harus dilakukan adalah menentukan dan mengontrol sumber persediaan, bahan
mentah harus melewati beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan
hasilnya harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Hal tersebut tidak
mudah diterapkan dalam bidang pendidikan sebab menuntut suatu seleksi awal bagi
pelajar yang hendak diproses. Beberapa sector pendidikan memang mempraktekan
hal ini, tetapi banyak juga yang menerapkan prinsip komprehensif yang terbuka
untuk semua kalangan. Sehingga analogi bahwa pelajar merupakan produk
pendidikan mulai gugur.
Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu
adalah hal yang mustahil. Lynton Gray mengungkapkan ‘Manusia tidak sama, dan
mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang
tidak bisa disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dari
memeriksa hasil pabrik atau menilai sebuah jasa’.
Lalu, apa produknya ? ada baiknya, kita melihat
pendidikan sebagai sebuah jasa atau layanan dan bukan sebuah bentuk produksi.
Perbedaan antara produk dan jasa sangatlah fundamental antara keduanya yang
akan melahirkan tentang bagaimana mutu keduanya dapat dijamin.
Mutu Jasa
(Service Quality )
Ada beberapa perbedaan antara pemberian jasa dan
penciptaan barang. Pertama, jasa biasanya meliputi hubungan langsung antara
pemberi dan pengguna atau oleh orang untuk orang. Mutu terpadu bukan sekedar
membuat pengguna atau pelanggan senang dan tersenyum tetapi mutu terpadu adalah
mendengarkan dan berdialog tentang kekhawatiran dan aspirasi pelanggan. Aspek
terbaik adalah perhatian serta standar akademi dan kejuruan yang tinggi.
Memadukan aspek terbaik dengan mutu terpadu merupakan hal yang esensial untuk
mencapai sukses.
Mutu
Pembelajaran
Pendidikan adalah pembelajaran masyarakat. Saat
sebagian besar institusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi,
penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktifitas utama yaitu pembelajaran.
Semua pelajar berbeda satu sama lainnya, dan mereka
belajar dengan model yang cocok denga kebutuhan dan kecendurungan mereka
masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunaan prosedur mutu terpadu harus
menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk
menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran.
Pelajar adalah pelanggan utama, jika model pembelajaran tidak dapat memenuhi
kebutuhan individu tiap pelajar, maka institute tersebut tidak dapat mengklaim
bahwa ia telah mencapai mutu terpadu.
Institusi harus memahami bahwa beberapa pelajar juga
suka pada kombinasi beberapa gaya belajar dan institusi harus mencoba untuk
cukup fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Miller, Dower, dan Innis
berpendapat dalam buku mereka, Improving Quality in Further Education,
yang berlaku terhadap berbagai bentuk institusi, menegaskan bahwa institusi
harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap para
pelajar, sehingga mereka memilih kesempatan untuk meraih sukses secara
maksimal.
Banyak hal yang harus dilakukan menyangkut bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam ruang kelas. Sebuah langkah awal bisa
dimulai dengan kerjasama pelajar dan guru dalam menetapkan gaya pembelajaran
dan pengajaran serta sumberdaya yang diperlukan oleh mereka mereka.
Kerja Tim Bagi Mutu
·
Tim sebagai dasar
bangunan mutu
Sebagaimana
yang kita ketahui, sebuah sinergi tim kerja yang harmonis dibutuhkan dalam
upaya meningkatkan mutu. Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras, dan
mendapatkan dukungan semua pihak adalah pendekatan terbaik dalam menangani hal
tersebut.
Sebagai
contoh, sebagian besar kerja-kerja peningkatan mutu dalam pendidikan terpusat
pada pengembangan tim penyusun mata pelajaran. Tim tersebut dibentuk agar
memiliki sejumlah fungsi penting yang mencakup:
1. Bertanggungjawab
pada mutu pembelajaran;
2. Bertanggungjawab
pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang dimanfaatkan;
3. Menjadi
sarana untuk mengawasi, mengevaluasi, dan meningkatkan mutu;
4. Bertindak
sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan yang
diperlukan dalam proses peningkatan mutu.
·
Tahap – tahap formasi
tim
Kerja
tim harus didasarkan pada rasa saling percaya dan hubungan yang solid. Ketika
tim memiliki identitas dan tujuan, maka ia dapat secara efektif menjalankan
fungsinya.
Menurut
B W Tuckman mengatakan bahwa ada empat tahap pertumbuhan dan kematangan dalam
perkembangan tim, yaitu:
1. Tahap
Perkembangan
Pada
tahap ini tim masih mudah kehilangan perhatian dan mulai menghadapi
masalah-masalah yang sebenarnya berada di luar kepentingan mereka.
2. Tahap
Tantangan
Tahap
ini biasanya merupakan periode yang paling tidak mengenakan. Ini merupakan
sebuah tahap di mana para anggota mulai menyadari skala tugas ke depan mereka
bisa bereaksi negatif pada tantangan-tantangan yang datang dengan menempatkan
agenda-agenda personal masing-masing. Konflik interpersonal kemungkinan besar
akan muncul.
3. Tahap
Penataan Norma
Ini
merupakan tahap di mana sebuah tim memutuskan dan mengembangkan metode-metode
kerjanya. Tim tersebut mulai menetapkan peraturan dan norma serta membagi peran
yang harus dijalankan para anggota.
4. Tahap
Kerja Keras
Anggota
tim saat ini telah mulai keluar dari perbedaan dan menentukan metode kerja
serta mereka mampu memulai proses pemecahan masalah dan meningkatkan proses.
·
Tim Efektif
1. Sebuah
tim membutuhkan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas.
2. Tim
membutuhkan tujuan yang jelas.
3. Tim
membutuhkan sumber daya dasar untuk beroperasi.
4. Tim
perlu mengetahui tanggungjawab dan batas-batas otoritasnya.
5. Tim
perlu rencana kerja.
6. Tim
perlu seperangkat aturan untuk bekerja.
7. Tim
perlu alat yang tepat untuk menemukan solusi.
8. Tim
perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat.
Alat
dan Teknik Peningkatan Mutu
Strategi dan Alat-alat Dasar
Untuk
mencapai perbaikan mutu, tim-tim dalam institusi pendidikan harus dan perlu
mengarahkan filosofi Total Quality
Manajemen kepada dataran yang lebih praktis. Alat dan teknik mutu adalah
media untuk dapat mengidentifikasi dan memecahkan persoalan secara kreatif.
a.
Brainstorming
Brainstorming
adalah sebuah alat ideal Total Quality
Manajemen. Ia juga menyenagkan dan produktif untuk digunakan. Disamping
itu, ia juga bisa meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan ide-ide atau
isu-isu secara cepat. Brainstorming
yang berhasil adalah membuat para staf berdaya cipta dan terbebas dari segala
bentuk tekanan. Tim yang menggunakan Brainstorming
harus mengikuti aturan-aturan sederhana sebagai berikut:
-
Harus betul-betul
memahami Brainstorming.
-
Menetapkan seseorang
untuk mencatat ide-ide nyata (flipchart
merupakan cara yang ideal).
-
Mendata semua ide yang
muncul.
-
Tidak mendiskusikan
atau mengkritik ide-ide.
-
Membangun ide
berdasarkan ide-ide sebelumnya.
b.
Afinitas
Jaringan Kerja
Teknik
ini digunakan apabila ada tuntutan untuk mengelompokkan sejumlah ide, opini
atau isu yang luas dan perlu dkategorikan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi ide-ide yang memiliki keterkaitan lebih dari pada yang lain
dan untuk mengelompokkan sesuai dengan keterkaitannya. Afinitas jaringan kerja
ini lebih menggunakan proses kreatif dbandingkan proses logis. Ia membantu
mencegah kekacauan dan mencegah tim tenggelam dalam lautan ide.
c.
Diagram
Tulang Ikan atau Diagram Ishikawa
Ishikawa
diambil dari nama Kaoru Ishikawa, yaitu orang yang pertama kali menggunakannya.
Teknik-teknik tersebut menganjurkan tim untuk memetakan seluruh faktor yang
menyebabkan terjadinya masalah pada hasil yang diinginkan. Pemetaan tersebut
dapat dilaksanakan secara baik melalui sesi Brainstorming.
Tujuannya adalah untuk mendata seluruh faktor yang mempengaruhi mutu dari
sebuah proses dan selanjutnya untuk memetakan inter-relasi antar faktor-faktor
tersebut.
d.
Analisis
Kekuatan Lapangan
Analisis
kekuatan lapangan adalah alat yang berguna untuk mempelajari situasi yang
memerlukan perubahan. Ini didasarkan pada ide bahwa ada dua kekuatan yang
saling berhadapan dalam sebuah usaha perubahan. Kekuatan pertama mendukung pada perubahan, sedangkan yang lain menolak
perubahan.
Analisi
Kekuatan Lapangan
Kekuatan Pendukung
Kekuatan
yang
mendukung
inisiatif
mutu
|
Kekuatan Penentang
Kekuatan
yang
mencegah
keberhasilan
inisiatif mutu
|
Pendukung Perubahan
Langkah-langkah
untuk
melakukan
perubahan
|
Menentang Perubahan
Faktor-faktor
penghalang
yang harus
dinetralisasikan
|
e.
Pemetaan
Proses
Teknik
ini bisa digunakan untuk meyakinkan bahwa sebuah institusi mengetahui siapa
pelanggannya dan bias mengidentifikasi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan
untuk melayani mereka. Diagram proses memberikan data tentang lingkungan dimana
proses tersebut berlangsung dan kontrol dilakukan terhadap lingkungan tersebut.
f.
Flowcharts
Flowcharts juga
merupakan alat yang penting untuk digunakan jika sebuah masalah memerlukan
sebuah pendekatan yang sistematis, atau ketika sebuah aktivitas perlu
dipetakan. Flowcharts bias membantu
mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses. Ia merekam seluruh rangkaian
tahap, keputusan, dan aktivitas yang diperlukan. Sebagai proses peningkatan, ia
memberikan sebuah metode yang sederhana dalam menggunakan pendekatan yang tepat
dalam mengatasi masalah. Ia juga member representasi diagram proses yang mudah
dipahami.
g.
Grafik
Pareto
Grafik
pareto merupakan bentuk peta vertical yang sederhana, yang membantu memecahkan
masalah mutu. Grafik pareto mengarahkan perhatian pada problem-problem yang
dihadapi tim atau institusi.
h.
Standarisasi
Standarisasi
adalah usahan menetapkan standar digunakan untuk mengukur prestasi. Hal ini
biasanya dilakukan dengan cara mencari institusi terbaik dari terbaik kompetisi
serta memahami cara mereka dalam menghasilkan mutu.
Dalam
pendidikan ada beberapa contoh standarisasi yang bias digunakan untuk menguji
dan melatih perkembangan staf. Guru dengan mudah bisa mengunjungi institusi
lain didaerah tertentu dan melihat bagaimana institusi tersebut berjalan.
Mereka bisa mengetahui praktek terbaik dan yakin bahwa standarisasi mereka
sesuai dengan prakteknya, dan kemudian berupaya uttuk meningkatkannya.
i.
Pemetaan
Jalur Karir
Memetakan
karir institusi para pelajar akan menghasilkan sebuah cara mudah untuk
mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting atau kendala-kendala potensial
yang mereka hadapi selama belajar disekolah atau perguruan tinggi.
Salah satu latihan yang
berharga bagi sebuah institusi adalah memetakan jalur karir pelajar dan
mengidentifikasi masing-masing peristiwa penting dari karakteristik mutu dan
standar mutu yang akan diterapkan.
Perencanaan
Strategis Mutu
a.
Perencanaan
Mutu
Mutu
tidak terjadi begitu saja. Ia harus direncanakan. Mutu harus menjadi bagian
penting dari institusi, dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan
proses perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian
penting dari Total Quality Manajemen.
Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah institusi tidak dapat
merencanakan peningkatan mutu.
Proses
perencanaan strategis dalam konteks pendidikan tidak jauh berbeda dengan yang
biasanya dipergunakan dalam dunia industry dan komersial. Alat-alat yang
digunakan untuk menentukkan misi dan tujuan akhir serta untuk menganalisa
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman juga hamper sama, hanya perlu
penerjemahan yang baik. Alat-alat tersebut mempertanyakan keberadaan institusi
itu ada, dan apakah ia mengejar tujuan-tujuan yang benar. Semua pertanyaan
tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan yang penting, khususnya untuk institusi
yang sudah memiliki status mandiri atau diakui.
b.
Manajemen
Mutu Strategis
Perencanaan
strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan
perubahan institusional berdasarkan pertimbangan nasional. Tanpa strategi,
sebuah institusi tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan
peluang-peluang baru.
|
|
Visi, Misi, Nilai-nilai dan Tujuan
Sebagian
besar organisasi membedakan visi,misi,nilai-nilai dan tujuan mereka. Mereka
membedakan hal-hal tersebut dengan maksud untuk memperjelas jenis institusi
seperti apa yang mereka harapkan nantinya dan memperjelas arah mana yang hendak
mereka tuju. Begitu juga pendidikan, Setiap sekolah harus memiliki visi, misi,
tujuan dan sasaran yang akan dicapai dengan jelas. Visi merupakan gambaran masa
depan mengenai sekolah yang bersangkutan. Misi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mewujudkan visi tersebut. Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dalam waktu tertentu.
Visi
Statemen
Visi mengisyaratkan tujuan puncak dari sebuah institusi dan untuk apa visi itu
dicapai. Visi harus singkat,langsung dan menunjukkan tujuan puncak institusi.
Dalam merumuskan visi, harus berpedoman pada landasan yuridis yaitu
Undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan
pendidikan nasional sesuai dengan jenjang dan jenis sekolahnya serta sesuai
dengan profil sekolah yang bersangkutan. Visi yang dibuat harus mengakomodasi
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah.
Misi
Statemen
misi membuat visi memperjelas alasan kenapa sebuah institusi berbeda dari
institusi-institusi yang lain. Saat ini statemen misi sudah menjadi bagian
penting dari pendidikan. Merumuskan misi harus mempertimbangkan tugas pokok
sekolah dan kepentingan yang terkait dengan sekolah. Hal ini dikarenakan misi
merupakan bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi
dengan berbagai indikatornya. Ada beberapa poin yang harus diingat dalam
menyusun Misi, yaitu:
1. Misi mudah
diingat
2.
Misi harus mudah dikomunikasikan
3.
Harus ada komitmen peningkatan
Mutu
4.
Harus berupa statmen tujuan jangka
panjang
5. Harus
Fleksibel
Contoh Statemen Misi:
1. Hightown
School bertujuan untuk memberikan mutu pendidikan yang terbaik kepada para
pelajarnya
2. Mid
Country College of Arts and Technology bercita-cita untuk menjadi penyedia
utama program-program akademik dan kejuruan bermutu yang fleksibel bagi para
lulusan sekolah dan remaja diwilayah tersebut
Nilai-Nilai
Nilai-nilai dari sebuah organisasi
merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar operasi dan pencarian organisasi
tersebut dalam mencapai visi dan misinya. Statemen nilai harus mudah diingat
dan harus bisa dikomunikasikan ke seluruh penjuru institusi. Nilai-nilai
tersebut mengemudikan organisasi dan memberikan arah. Nilai juga menyediakan
tujuan yang konsisten. Nilai-nilai yang ada dalam sebuah institusi harus
disesuaikan dengan lingkungan dimana institusi tersebut beroperasi. Nilai-nilai
tersebut harus menancapkan hubungan kuat baik dengan pelanggan maupun dengan
para staf. Sebuah institusi harus menentukan nilai-nilainya sendiri, namun
nilai setidak-tidaknya mencakup beberapa hal berikut ini:
1. Kita
mengutamakan para pelajar kita
2.
Kita bekerja dengan standar
integrasi professional tertinggi
3.
Kita bekerja sebagai tim
4.
Kita memiliki komitmen terhadap
peningkatan yang kontinu
5.
Kita member kesempatan yang sama
pada semua
6.
Kita akan memberikan mutu
pelayanan tertinggi
Tujuan
Setelah visi,misi dan nilai-nilai
telah diterapkan, ketiganya harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang
bisa dicapai. Tujuan sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita .
Sebuah tujuan harus diekspresikan dalam metode yang terukur sehingga hasil
akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode tersebut. Tujuan harus
realistis dan dapat dicapai.
Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (tantangan).
Analisa SWOT adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu internal
dan eksternal yang mempengaruhi kemampuan kita dalam memasarkan event kita.
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran).
Analisa ini terbagi atas empat
komponen dasar yaitu :
1.
S = Strength, adalah situasi atau kondisi
yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
2. W = Weakness,.adalah situasi
atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada
saat ini.
3. O =
Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di
luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi
di masa depan.
4.
T = Threat, adalah situasi yang merupakan
ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam
eksistensi organisasi di masa depan.
Dalam dunia pendidikan analisis ini
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan
dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi proses belajar
mengajar, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik,
fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan sebagainya dilibatkan. Maka untuk
mencapai tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya dilakukanlah
analisis SWOT (Depdiknas, 2002).
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh
tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka
analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik
faktor internal maupun eksternal (Depdiknas, 2002).
Analisa SWOT bertujuan untuk
menemukan aspek-aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
pada suatu lembaga sehingga mampu memaksimalkan kekuatan, meminimalkan
kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.
Analisis SWOT adalah bagian dari
tahap tahap perencanaan strategis suatu organisasi yang terdiri dari tiga tahap
yaitu : tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan
keputusan. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal
dan data internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari
lingkungan di luar sekolah seperti:
Ø Peran masyarakat
Ø Donatur
Ø Pemerintah
Ø Organisasi lain
Pengambilan data eksternal diambil
dari Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman)
Data
internal dapat diperoleh dari dalam sekolah itu sendiri, antara lain:
Ø Laporan keuangan sekolah
Ø Administrasi sekolah
Ø Kegiatan Belajar mengajar
Ø Keadaan guru dan siswa
Ø Fasilitas dan prasarana sekolah
Ø Administrasi guru dan lain lain
Pengambilan data eksternal diambil
dari Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan)
Kegunaan
Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT dipakai
untuk:
1.
Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan
lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan
dan lingkungan eksternal Perusahaan
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di
dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara
lembaga-lembaga lain
6.
Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya.
Contoh Analisa Swot:
Strength (Kekuatan)
a.
Motivasi guru dan siswa cukup tinggi
sehingga mampu mengembangkan metode pembelajaran yang evektif dan disertai
dengan penerapan
iman dan takwa sehingga siswanya cukup antusias dalam merespon
setiap pembelajaran.
b.
Hubungan yang baik antara guru
dengan guru ataupun guru dengan siswa sangat kondusif baik dalam kegiatan
ektrakurikuler ataupun pembelajaran untuk membentuk kwalitas siswa yang positif
c.
Dalam segi pendekatan, metode yang
diajarkan guru yang bervariasi sehingga guru menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi agar siswa dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
d.
Mempunyai letak geografis yang
sangat strategis dan lahan yang cukup luas serta didasari daya dukung yang
sangat positif dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan hubungan kerja sama antara sekolah , komite, orang tua siswa dan masyarakat
e.
Tenaga pengajar yang usianya relatif
muda sehingga memiliki kinerja yang tinggi dan semangat serta secara
kependidikannya 95% lulusan S1 dan 5% lulusan S2 dalam meningkatkan
disiplin semua personal dan meningkatkan kinerja untuk membentuk
siswa menjadi lebih berpengalaman dan mendapatkan ilmu yang sesuai dengan
tingkatannya
f.
Kegiatan pembelajaran ekstrakulikuler yang
sangat efektip dengan tenaga operasional yang memadai khususnya renang sangat
diutamakan untuk meningkatkan prestasi
siswa sesuai dengan bakat, minat dan kreativitas
Weakness (Kelemahan)
a.
Rekrutmen guru dan staf
yang terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan sarat
dengan unsur kekeluargaan
b.
Keadaan guru sebagian besar masih
berstatus honorer dan mengajar ditempat lain sehingga proses pembelajaran
sering terganggu dalam waktu pembelajaran yang telah ditentukan
c.
Penerimaan siswa Baru/pindahan
Peneriman siswa belum dilakukan dengan cara test tetapi masih adanya
titipan dari berbagai pihak dan jangkauan lokasi sekolah dengan tempat tinggal
siswa sehingga kemampuan siswa dalam segi pembelajaran banyak dibawah standar
pola pikir siswa yang mengikuti test penerimaan siswa baru.
d.
Pembiyaan Orang tua siswa dalam
anggaran pembangunan sangat sulit dikarnakan kondisi perekonomian kebanyakan
dibawah rata-rata.
e.
Belum bisa memfasilitasi sarana dan
prasarana yang mendukung untuk pembelajaran terutama di perpustakaan dan
di loboratorium sehingga kurang kondusif dalam kelengkapan buku dan juga alat
praktik yang dimanfaatkan oleh siswa untuk penunjang pembelajaran.
f.
Gedung sekolah sudah membutuhkan
banyak perbaikan dan penambahan ruang seperti ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium, dan juga ruang kantor yang masih kurang memadai.
Opportunity (Peluang)
a. Dukungan
pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan prasarana Sekolah dengan cara
mengajukan prososal ke Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II perlu
dilakukan untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah
b. Pembangunan dengan tanah yang luas
bisa memunjang ke arah yang refrisentatif
c. Sarana dan
prasarana merupakan kekuatan yang telah ada agar bisa dipergunakan dan
pemanfaatannya yang ada harus di kembangkan terus.
d. Dukungan masyarakat yang ingin
menjadikan siswa menjadi berkwalitas di masyarakat dan ingin bisa melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi
e. Mengingat lokasi yang srtrategis
menjadi kekuatan dalam perkembangan sekolah dalam perekrutan kelululusan
berpeluang cukup besar
Threat (Ancaman)
a.
Jarak yang begitu dekat antara lembaga pendidikan yang
setingkat dengan sekolah dengan banyaknya sekolah yang berkualitas
b.
Lingkungan sosial sekolah belum
memiliki lapangan olah raga yang begitu memadai sehingga siswa yang mengikuti
praktek olahraga harus menyebrang jalan raya provinsi untuk pergi ke lapangan
begitu juga tempat parkir yang tidak cukup luas
c.
Persaingan masuk SMA dan setingkatnya banyak
memperoleh persaingan dengan SMP-SMP yang lebih berkwalitas dalam tes masuk SMA
Negeri
d.
Kemajuan Teknologi Komputer dan
Informatika Belum terlalu maksimal karena belum ada guru Khusus mengajar TIK di
sekolah ini, jadi kemapuan dalam bersaing dengan sekolah lainnya yang sudah
mempunyai tenaga pengajar yang khusus akan lebih sulit.
e.
Bangunan yang belum sempurna dengan
tidak adnya benteng membuat keamanan sekolah menjadi terganggu
Rencana strategis
Rencana
startegis, kadangkala disebut dengan rencana pengembangan usaha atau institusi,
yang merinci tolak ukur – tolak ukur yang kelak digunakan institusi mencapai
misinya. Biasanya disusun dalam skala waktu menengah, diatas 3 tahun. Tujuannya
adalah untuk, memberi sebuah pedoman dan arahan kepada institusi. Ia harus
dimodifikasi jika peristiwa penting, baik internal maupun eksternaal,
membutuhkannya. Dalam sebuh pasar pendidikan yang kompetetitif, rencana
strategis adalah hal yang sangat penting. Tanpa rencana tsb institusi akan
menjadi kurang terarah. Setiap institusi hasur menentukan :
identifikasi
pasar : hal ini perlu diperhatikan karna
pasar memberikan latar belakang yang penting bagi rencana strategis.
Tingkat
prosentase pasar yang ingin dimasuki institusi. Sebuah institusi harus memiliki
target tingkat prosentase pasar yang harus mereka capai.
Portfolio
layanan. Hal ini harus dihubungkan dengan identifikasi pasar dan tingkat
prosentase pasar. Tanpa portfolio dan program yang tepat, institusi tidak
mungkin dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengembangan
portfolio. Jikka institusi tidak memiliki program yang membantunya dalam meraih
pasar yang ditargetkan, maka jelas institusi tsb membutuhkan sebuah strategi
dan skala waktu untuk mengembangkannya.
Mengembangkan
strategi institusional jangka panjang.
§ Ada
tiga pilihan strategi pemasaran umum yang bisa diikuti oleh setiap institusi.
Pertama,
strategi biaya rendah. Strategi ini menuntut sebuah organisasi untuk menjadi
institusi yang memiliki biaya paling rendah dalam pasarnya dengan memanfaatkan
teknologi, penghematan waktu, control yang ketat terhadap biaya dan lainnya.
Manfaat strategi ini adalah untuk dapat mengarahkan sumberdaya pada beberapa
wilayah yang diidentifikasi sebagi mutu menurut pandangan pelanggan. Walau
demikian, harga yang paling rendah tidak dapat sendirinya menjamin kesuksesan.
Sebagi contoh, sebuah sekolah yang dapat mengontrol atau menghemat skala biaya,
akan memiliki jumlah uang yang lebih untuk dimanfaatkan sesuai dengan
keinginan.
Kedua strategi
pembedaan, yaitu strategi yang menuntut institusi untuk menjadi unik dalam
beberapa hal dibandingkan para pesaing. Dalam pendidikan, kelebihan strategi
tsb adalah bisa menarik pelajar dan sebuah ciri yang unik dapat memudahkan
institusi dalam memperoleh sumber-sumber dana alternative.
Ketiga strategi
focus, strategi ini mencakup konsentrasi pada sebuah wilayah geografis,
kelompok pelanggan, atau segmen pasar tertentu. Dengan target terttentu
institusi akan menyesuaikan program – programnya agar lebih dekat dengan
kebutuhan kelompok-kelompok target.
Rencana bisnis dan operasi
Rencana
bisnis dan operasi adalah rencana detail jangka panjang biasanya 1 tahun, untuk
mencapai aspek – aspek tertentu dari strategi institusional jangka panjang. Ia
mencakup ukuran – ukuran nyata dan implikasi finansial yang siap
diimplementasikan. Hal ini juga harus mencakup keuntungan non-finansial seperti
meningkatkan reputasi, profill dan sebagainya.
Kebijakan Mutu
dan Rencana
Mutu.
Sebuah
lembaga harus memiliki statemen kebijakan yang jelas tentang mutu. Kebijakan
mutu adalah sebuah statemen komitmen yang disampaikan institusi. Contohnya
sebuah institusi menggunakan standar BS5750/ISO9000, maka harus diikuti dengan
betul-betul.
Contoh kebijakan
mutu yang baik ialah Fox Valley Techical Collage di Wisconsin yang menegaskan
bahwa
Mutu lebih dulu
ini adalah kebijakan umum fvvtc dalam memberikan pengajaran dan layanan mutu
yang konsisten dengan standar-standar tertinggi dalam pendidikan..
Tahap
selanjutnya adalah mengembangkan rencana mutu. Rencana mutu akan mengantarkan
statement kebijakan mutu pada pelaksanaan mutu. Ia menunjukan bagaimana proses
peningkatan mutu dibuat dan dipertahankan. Rencana mutu menekankan agar proses
dilakukan untuk mengantarkan peningkatan mutu. Selanjutnya, rencana mutu harus
memiliki tujuan – tujuan yang berkaitan dengan mutu dan dengan metode – metode
yang digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan manajemen kedalam pelaksanaan.
Rencana mutu harus merinci proyek – proyek peningkatan yang akan dilaksanakan oleh
institusi pendidikan.
Kendala dalam
implementasi kebijakan MPMBS di Sekolah disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Kesiapan
sumber daya masih rendah, misalnya: (a) Kurangnya buku-buku bacaan penunjang di
pustaka sekolah. (b) Tingginya tingkat ketergantungan sekolah terhadap bantuan
(seperti: dana, dan lain-lain) dari pemerintah, sehingga mengakibatkan pihak
sekolah kurang kreatif/inisiatif, menggali potensi di sekolah bersangkutan. (c)
Rendah/kurang profesionalnya Kepala Sekolah dan guru serta tenaga kependidikan
dalam mengelola dan melaksanakan pendidikan di sekolah.
2. Sosialisasi
kebijakan MPMBS intensitasnya masih kurang, temporer, dan dilakukan tidak
secara menyeluruh atau total (komprehensif), sehingga tidak dipahaminya konsep
dan tujuan MPMBS tersebut secara baik oleh aktor/ stakeholders.
3. Kemandirian
(otonomi) Kepala Sekolah dalam mengelola atau manajemen sekolah masih rendah.
Terkesan ragu-ragu, takut salah, dan ketergantungan terhadap petunjuk
pelaksanaan dan bantuan pemerintah masih tinggi, sehingga Kepala Sekolah dan
jajarannya terkesan statis serta kurang kreatif.
4. Adanya
kebijakan MPMBS dengan pengimplementasiannya, dipandang oleh sebagian pihak
sekolah sebagai suatu beban (meliputi waktu, administrasi dan persyaratan
tertentu lainnya) karena semua ini tidak diimbangi oleh kontribusi yang
memadai, yang mereka terima sebagai dampak dari program MPMBS ini.
Faktor-faktor
yang dikemukakan di atas, perlu menjadi bahan evaluasi untuk menghindari
kegagalan dalam implementasi kebijakan MPMBS. Kegagalan implementasi suatu
kebijakan cenderung karena faktor ulah manusia, di mana pengambilan keputusan
terkadang gagal memperhitungkan kenyataan adanya persoalan manusia (human
error) yang sangat komplek dan bervariasi, baik pemerintah sebagai pembuat
kebijakan maupun sekolah beserta warganya sebagai pelaku kebijakan dan target
group.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas kesimpulannya adalah sebagai berikut;
1.
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Oleh karena itu, esensi
MPMBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipasif untuk
mencapai sasaran mutu sekolah.
2.
Pelaksanaan MPMBS sudah
sepantasnya menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian
cara melaksanakan MPMBS) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik”
(cara melaksanakan MPMBS yang cenderung konformitas untuk semua sekolah). Oleh
karena itu, dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu resep pelaksanaan MPMBS
yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu hal yang perlu
diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen peningkatan mutu berbasis
pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah bukanlah merupakan
proses sekali jadi dan bagus hasilnya (one-shot and quick-fix), akan tetapi
merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua
pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan.
Saran
Agar implementasi berjalan dengan baik dan
berhasil, maka diantaranya adalah:
1. harus
adanya keyakinan dan motivasi dari para guru untuk tidak ragu menggunakan MBS
dan secara penuh menerapkan sistem MBS disekolah
2. Perlu
adanya sosialisasi mengenai MBS kepada seluruh wali murid dan warga sekitar
sekolah
3. Meningkatkan
lagi kualitas tenaga pendidik.
4. Memanfaatkan
sebaik mungkin relasi yang terjadi diantara masyarakat dan sekolah.
5. Meningkatkan
sarana dan prasarana sekolah dan perawatan terhadap sarana dan prasarana yang
telah ada
DAFTAR
PUSTAKA
SALLIS,EDWARD.
TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN EDUCATION,Manajemen Mutu Pendidikan.
Jakarta,2012
Label: Kuliah
1 comments
fifianggr mengatakan...
Iyaa terimakasih :)