Yaqub ibn Ishaq al-Kindi
25/12/15
ILMUWAN ISLAM PENEMU KONSEP MATEMATIKAYaqub ibn Ishaq al-Kindi
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī lahir pada tahun 801
dan wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi
nama Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang
polymath Arab Irak, filsuf Islam, ilmuwan, ahli astronomi, kosmologi,
kimia, ahli logika, matematikawan, musisi, dokter, ahli fisika,
psikolog, dan meteorologi.
Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia Arab.
Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia Arab.
Beliau dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles yang berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.
Ia adalah filsuf berbangsa Arab
dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara etnis, al-Kindi
lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah
satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan
al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi dan optik, juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi.
Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan
karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang
ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga
tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat
tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi
ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato,
ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya
berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan
nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi
dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat
dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh
dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti
anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai
tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu
atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan
dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan
sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya
sebagai penunjang bagi wahyu.
Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan
tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena
itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki
keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan.
Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna)
seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai
aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan
religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid’ah,
dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar
Islam), al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan
religius-ortodoks itu.
sumber:
https://matharis.wordpress.com/ilmuwan-islam-penemu-konsep-matematika/
Label: Math Info
0 comments